Rabu, 03 Juni 2009

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Oleh : Muchammad Soffa


Peningkatan mutu pembelajaran ditandai dengan adanya kualitas interaksi
antara guru dan siswa. Untuk mencapai interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran, dilihat dari faktor guru, beberapa hal yang menentukan
adalah kemampuan guru dalam menguasai materi, memilih dan menggunakan metode, mengelola kelas, memilih dan menggunakan media, serta melaksanakan penilaian,
baik proses maupun hasil pembelajaran.



Berbagai kegiatan dalam proses pendidikan merupakan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4. Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sejalan dengan hal itu, Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999–2004, Bab IV. E. 2, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
Berbicara perbaikan mutu pendidikan, Dahar menyatakan bahwa (1985) perbaikan hendaknya dimulai dari tingkat dasar yaitu dari Sekolah Dasar (SD). Hal ini dimaksudkan agar lebih banyak yang dapat menikmati kegunaannya. Apalagi bagi mereka yang dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, merasa diuntungkan karena memperoleh ilmu dan pengetahuan yang lebih baik sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
Alasan lain mengapa perbaikan mutu pendidikan dimulai dari tingkat SD dikemukakan oleh Ormond dan Duckworth (dalam Dahar, 1985) yang percaya bahwa usia kritis yang dapat mempengaruhi sikap terjadi pada anak di antara usia 8 tahun – 13 tahun. Usia ini setara dengan usia anak SD. Oleh karena itu rentang usia SD harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menanamkan sikap dan motivasi agar anak senang mempelajari ilmu dan memperoleh pengetahuan.
Usaha perbaikan mutu pendidikan dapat dilakukan antara lain dengan memperbaiki faktor-faktor penentu keberhasilan suatu program pengajaran. Faktor utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu program pengajaran adalah subtansi materi dan struktur bahan ajar yang terkandung dalam kurikulum dan silabus. Kurikulum dan silabus kemudian diuraikan secara rinci dalam bentuk buku ajar. Dengan demikian salah satu usaha untuk memperbaiki mutu pendidikan dapat dimulai dari membenahi mutu buku ajar tersebut
Sejalan dengan pendapat tersebut adalah apa yang dikemukakan Burhan (1971) yaitu bahwa bagaimanapun baiknya perencanaan kurikulum pendidikan yang kita laksanakan, tanpa dilengkapi dengan buku-buku ajar yang bermutu (baik), maka tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tidak akan pernah tercapai dengan baik. Sebaliknya, pelaksanaan pendidikan akan gagal mencapai tujuan dan sasarannya apabila buku-buku ajar banyak tersedia tetapi tidak dipersiapkan dengan baik.
Dalam upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan berbagai inovasi pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran, agar hasil pendidikan dapat menjembatani pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu inovasi pendidikan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan tugas dan kinerja guru secara profesional.
Untuk meningkatkan tugas dan kinerja guru secara profesional, tidak lepas dari peningkatan kualitas interaksi antara guru, sumber belajar, dan siswa dalam proses pembelajaran. Kualitas interaksi guru, sumber belajar, dan siswa dalam proses pembelajaran ditandai dengan adanya pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif, baik secara fisik, emosional, maupun sosial dengan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa.
Untuk mendapatkan kondisi belajar siswa secara aktif dan optimal, diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang, mengelola proses pembelajaran, dan mengevaluasi proses belajar dengan memperhatikan beragam faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Minimal ada delapan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) tujuan yang ingin dicapai, (2) minat, kemampuan, dan motivasi siswa, (3) kemampuan profesional guru dan menata kelas, (4) pandangan guru terhadap siswa, (5) jumlah siswa dalam kelas, dan ukuran ruang kelas, (6) bahan kajian dari materi pelajaran, (7) alokasi waktu yang disediakan, dan (8) ketersediaan sarana dan dana (Karyadi, 1991).
Sejalan dengan hal itu, laporan Bank Dunia yang bertajuk Education in Indonesia : From Crisis to Recovery (23 September 1998) menyoroti persoalan guru dan tenaga kependidikan. Pada intinya, guru merupakan sentral dari upaya peningkatan mutu pendidikan, oleh sebab itu setiap upaya untuk membenahi pendidikan akan dan harus melibatkan penataan dan pembenahan terhadap guru (Jalal & Supriadi, 2001). Penataan dan pembenahan terhadap guru merupakan upaya memberda-yakan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru yang ‘berdaya’ adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara profesional. Guru yang berdaya secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan, khususnya terhadap peserta didik.

Rujukan :
1. Karyadi, B. (1991). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
2. Jalal, F. & Supriadi, D. (2001). Reformasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
3. Tap MPR. (1999). Hasil Sidang Umum MPR RI Tahun 1999. No. IV Tentang Garis Garis Besar Haluan Negara. Solo: Pabelan.
4. Burhan, J. (1971). Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Ganaco.
5. Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Disertasi PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Biodata
Nama : Muchammad Soffa,S.Pd.,M.M
Nip : 19721226 200801 1 007
Unit Kerja : SMK Muhammadiyah I Nganjuk
Alamat : Jl. Citarum No. 22 – 24 Nganjuk

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PATIANROWO DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING


Diajukan Untuk Mengikuti Lomba Guru Ideal Jawa Pos:
Karya Tulis Ilmiah





Oleh ;
IIN YURISTIN NADHIROH, S.Pd
NIP. 132 220 603










SMA NEGERI 1 PATIANROWO KABUPATEN NGANJUK
TAHUN 2008
HALAMAN PENGESAHAN






MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PATIANROWO DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING



DISUSUN OLEH:
IIN YURISTIN NADHIROH S.Pd
NIP 132 220 603

Disetujui/Disahkan :



Kepala SMA Negeri 1 Patianrowo




Drs SURATNO, MM
NIP. 130 892 642

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan taufiq serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah dengan judul MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 PATIANROWO DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepala SMA Negeri 1 Patianrowo yang telah memberikan ijin dan memfasilitasi kegiatan penelitan ini,
2. Guru SMA Negeri 1 Patianrowo yang telah memberikan dukungan dan motivasi kegiatan penelitian ini,
3. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga penelitian tindakan kelas ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan laporan penelitan ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh Karena itu penulis sangat berharap saran dari pembaca demi perbaikan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat berguna bagi kita semua khususnya praktisi pendidikan.


Patianrowo, ………2008


Penulis

ABSTRAK
Abstrak


Telah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri I Patianrowo Dengan Pendekatan Problem Based Learning; Oleh : Iin Yuristin N. Nip. 132 220 603 ; Unit Kerja : SMA Negeri I Patianrowo ; Alamat : Jl. PG. Lestari :- Patianrowo,Nganjuk

Dunia Pendidikan Indonesia tengah berupaya melakukan perbaikan kondisi pembelajaran diseluruh jenjang penddikan dengn meluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini merupakan salah satu perwujudan upaya mengimplementasikan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang diharapkan “ Student Centere” yaitu berpusat pada siswa. Pembelajaran di sekolah dharapkan dilakukan berdasarkan filosofi konstruktivisme yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk “membangun” sendiri pemahamannya melalui pengalaman belajar dengan memanfaatan pengetahuan awal yang telah dimiliki.
Hasil observasi yang telah dilakukan di kelas X-2 SMA Negeri 1 Patianrowo ternyata proses pembelajaran masih bersifat tradisional dalam arti guru menyampaikan materi pelajaran hanya dengan berceramah (Teacher Centered) sehingga peran guru sangat dominan dan siswa tidak pernah terlibat langsung di daam proses pembelajaran. Kenyataan di lapangan tersebut menjadi suatu permasalahan, dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa (student Centered) tidak berpusat pada guru (Teacher Centered) sehingga fungsi guru bukan sebagai pusat informasi melainkan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Berdasarkan masalah diatas maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap suatu system belajar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakuan secara berulang yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi (Husnul, 2008:2).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena data yang terkumpul beruapa kata atau kalimat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa bagaimana yang terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas secara alamiah. Dalam penelitian ini siswa yang diberi tindakan atau perlakuan adalah siswa kelas X -2 tahun pelajaran 2007/2008 sebanyak 40 siswa. Perolehan data pada penelitian ini, dengan menggunakan metode tes. Tes diperoleh dari hasil pre tes sebelum pembelajaran dan post tes setelah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL
Dari soal-soal tes, soal yang digunakan haruslah valid dan memiliki daya beda  0,21.Berdasarkan Pre Test hanya ada 6 siswa yang tuntas atau mendapat nilai  65 dari 40 siswa. Karena terdapat 15 % siswa yang mendapat nilai  65 dan nilai rata-rata sebesar 52, 76 maka dapat dikatakan bahwa pada saat pre test ketuntasan kelas tidak tercapai. Pada table siklus I ada 24 siswa yang tuntas atau mendapat nilai  65 dari 40 siswa. Karena terdapat 60 % siswa yang mendapat nilai  65 dan nilai rata-rata sebesar 68,83 maka dapat dikatakan bahwa pada putaran I ini ketuntasan kelas belum tercapai. Pada putaran II ini terdapat 75 % siswa yang mendapat nilai  65 dan nilai rata-rata sebesar 76. Prestasi belajar siswa meningkat dibandingkan dengan putaran I, Pada putaran III ini terdapat 90 % siswa yang mendapat nilai  65 dan nilai rata-rata sebesar 76,02 . Pada tes ahir (post test) ketuntasan belajar 95 % dan nilai rata-rata sebesar 81, 2 maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar siswa dibandingkan dengan pre test jauh lebih banyak yaitu 38 siswa. Jadi secara klasikal siswa tuntas dalam belajarnya dan prestasi belajar siswa meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaraan kooperatif pendeatan PBL dapat meningkatan prestasi belajar.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v

A. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 2
E. Definisi, Asumsi dan Keterbatasan 3
F. Asumsi 3

B. BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Berdasarkan Masalah 4
B. Pengertian Motivasi Belajar 9
C. Pengertian Prestasi Belajar 10
D. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif 11
E. Pokok Bahasan 12
F. Kerangka Berfikir 15

C. BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Peneltian 17
B. Sasaran Penelitian 17
C. Tempat dan Waktu Penelitian 17
D. Instrumen Penelitian 19
E. Metode Pengumpulan Data 19
F. Metode Analisis Data 19
G. Instrumen Penelitian 19
H. Metode Pengumpulan Data 20
I. Metode Analisis Muda 20

D. BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Hasil dan Analisis Uji Coba Soal Tes 22
B. Hasil dan Analisis Pre Test 22
C. Hasil dan Analisis Hasil KBM 24
D. Hasil dan Analisis Respon Siswa 38
E. Hasil dan Analisis Hasil Post test 39
F. Diskusi Hasil Penelitian 41

E. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 42
B. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2. Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Lampiran 3 Tes Formatif
4. Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa
5. Lampiran 5 Post Test
6. Lampiran 6 Lembar Penilaian Tes Unjuk Kerja : Kegiatan Percobaan
7. Lampiran 7 Lembar Observasi Dan Penilaian Kegiatan Diskusi Dan Presentasi Siswa
8. Lampiran 8 Angket Siswa

Selasa, 02 Juni 2009

Rekreasi Gunung Kelud